Sabtu, 21 November 2009

E200 Jadi TAXI !

Ditengah tengah perekonomian dunia, yang telah secara langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara kita ternyata tidak membuat surut Blue Bird untuk menambah armada darat mereka. Sebagai leader di industri transportasi darat Indonesia Blue Bird tidak pernah berhenti berbenah dan terus meningkatkan kualitas dan pelayanan dengan melakukan innovasi dan penambahan armada.

Salah satu langkah yang spektakuler dari Bluebird minggu ini adalah menambah armada pelayanan akan taksi premium di Jakarta dengann menggunakan produk Mercees-Benz. Mercedes-Benz Indonesia (MBI) menyerahkan 402 unit E-200 Kompressor kepada Blue Bird Group yang akan dioperasionalkan menjadi taksi premium Silver Bird.

Menurut Presiden dan CEO MBI Rudi Borgenheimer, "Kami menilai sudah waktunya layanan taksi premium di Jakarta sejajar dengan kota besar dunia lain seperti Singapura, Hongkong, New York, dan Berlin. Kerjasama Mercedes-Benz dan Blue Bird ini sebagai bentuk layanan pada konsumen akan tranportasi berkualitas tinggi. Penyerahan unit yang dilakukan di Jakarta, Rabu (10/6), dilakukan Rudi kepada Chandra Suharto, Presiden Komisaris Blue Bird Group dan Purnomo Prawiro, Presiden Direktur Blue Bird Group.

Penggunaan produk MBI dan Blue Bird Group ini adalah yang kedua setelah 300 unit C-Class pada 2007 lalu. Dengan demikian dari total sekitar 14.000 unit armada Blue Bird sebanyak 700 unit diantaranya menggunakan mobil sedan premium Mercedes-Benz.

Periode tahap pertama Mercedes-Benz akan menyerahkan 50 unit E-200 Kompressor yang diprosuksi di dalam negeri atau CKD. Selanjutnya akan dilakukan secara bertahap. Rencananya, taksi premium ini akan mulai beroperasi di Jakarta mulai 17 Juni mendatang. Peluncuran akan dilakukan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Mercedes varian E-200 Kompressor yang dijadikan armada Silver Bird ini memiliki spesifikasi yang sama dengan yang dijual ke konsumen pengguna biasa. Termasuk mesin 1.8L empat silinder yang mampu menghasilkan tenaga 184 bhp dan torsi maksimum 250 Nm.

Untuk memudahkan konsumen, Mercedes-Benz E-200 Kompressor ini dilengkapi dengan peralatan sistem navigasi digital (GPS) dan fasilitas pembayaran menggunakan kartu kredit untuk memudahkan konsumen Silver Bird

Turbo Kit Buat Daihatsu

Pemilik Daihatsu bersabar karena jarang tersedia komponen Turbo performa untuk pabrikan berlambang D ini. Jika tak ada turbo kit, maka jalan yang harus ditempuh yakni modifikasi dengan mengandalkan komponen yang ada. Seperti turbo itu sendiri, berarti harus cari yang pas. Penentuannya bisa menggunakan turbo calculation. Disitu akan dihitung mengenai beragam masukan. Seperti kapasitas mesin, pressure turbo mau berapa, putaran mesin dan banyak lagi. Hasilnya akan keluar tipe turbo yang sesuai. Hasil kalkulasi menggunakan Garret T2 pada Daihatsu Gran Max dan RHB4 pada Xenia 1.0 tak semudah yang dikira, karena keterangan turbo tersebut belum lengkap. Detilnya tuner yang tahu, karena berhubungan dengan banyak parameter. Tiap mesin bisa saja berbeda. Untuk memasang turbo, sebaiknya juga persiapkan komponen pendukung lainnya. Seperti engine management, intercooler, injektor tambahan, atau pompa bahan bakar. Lebih baik beli sekalian yang bagus supaya semua pihak (tuner dan pemilik mobil) bisa nyaman. Memang dana yang keluar lebih banyak, tapi hasil akan memuaskan.

Intercooler dipakai untuk mendinginkan udara panas yang akan masuk ke ruang bakar. Memilihnya juga tak bisa asal-asalan, karena kalau terlalu besar atau kecil, hasilnya justru tak efisien. Engine management baik itu hanya berupa piggyback atau lainnya mutlak tersedia. Karena biasanya ECU bawaan mobil tak bisa akomodir keinginan mesin yang sudah dipasang turbo. Sedang ekstra injektor dibutuhkan jika debit kucuran bahan bakar dari injektor standar sudah tak lagi mencukupi. Problemnya, kerap kesulitan mencari injektor pengganti sesuai spesifikasi hasil perhitungan. Jika tak ada, maka menambah satu injektor dengan lainnya masih standar menjadi salah satu solusinya. Hasil modifikasi turbo di mesin kecil, biasanya tak jauh berbeda dengan mesin besar. Seperti biaya yang dikeluarkan oleh pemilik Daihatsu Xenia, menyentuh angka Rp 40 jutaan. Perbedaan dengan mesin besar, hanya di harga turbo dan intercooler. Sedang untuk engine management harganya sama, demikian juga untuk jasa atau pembuatan jalur bahan bakar yang aman.

Tips Pada Saat Rem Blong

Rem blong dapat terjadi kapan saja meski perangkat rem baru saja dicek. Untuk itu Anda harus mengetahui cara menghentikan mobil saat terjadi rem blong. Jika mendapati kerusakan rem dalam kondisi kendaraan sedang melaju, yang pertama harus dilakukan adalah menghentikan laju kendaraan. Pada kondisi seperti ini dapat kendaraan dapat dihentikan menggunakan rem tangan. Masalahnya adalah bahwa rem tangan baru bisa dioperasikan jika kecepatan kendaraan sangat rendah, yakni di bawah 10 km/jam. Oleh karena itu, ada beberapa langkah-langkah yang harus kita lakukan sebelum mengoperasikan rem tangan yaitu:

1. Turunkanlah kecepatan kendaraan Anda dengan memindahkan gigi perseneling yang lebih rendah secara bertahap (5-4,4-3,3-2,2-1). Jika pada bahu jalan terdapat hamparan rumput, maka gunakanlah untuk memperlambat laju kendaraan. Setelah kecepatan kendaraan sudah melambat, lakukan pengoperasian rem tangan untuk menghentikan laju kendaraan.

2. Setelah kendaraan berhenti total, segera lakukan pemeriksaan komponen rem. Jika terdapat kerusakan, segera lakukan perbaikan atau hubungi bengkel langganan Anda. Menghentikan kendaraan tanpa fungsi rem seperti di atas ini relatif lebih aman daripada panik yang berpotensi kendaraan melaju tanpa kontrol sehingga mengakibatkan kecelakaan fatal.
Jangan Injak Gas Sebelum Matikan Mesin

Kebiasaan lama dan ternyata masih dilakukan oleh sebagian pemilik mobil sekarang ini, adalah menekan gas lebih dulu sebelum mematikannya. Kebanyakan, mereka tidak mengerti alasan mengapa harus melakukan cara tersebut.

Sebenarnya, pada mesin “jadul” itu dilakukan untuk mengisi aki alias baterai. Namun sekarang, dengan menggunakan alternator atau generator yang menghasilkan arus listrik bolak-balik, cara tersebut tidak diperlukan lagi. Karena pada mesin sekarang pengisian baterai dilakukan pada setiap putaran mesin.

Menekan pedal gas sebelum mesin dimatikan sangat berbaya bagi “jiwa” dan “raga” mesin. Pertama, raganya akan rusak atau cacat. Pasalnya, ketika gas digeber, putaran mesin naik. Pada kondisi seperti komponen mesin yang berputar atau bergerak membutuhkan pelumas.

Boros Bensin dan Oli
Nah, dapat dibayangkan, ketika oli sedang menuju ke komponen tersebut, mesin tiba-tiba mati. Pompa oli pun tidak bisa memasok atau mengalirkan oli ke komponen yang bergerak. Misalkan, ke piston, kruk as, nokken as atau klep.

Memang masih ada lapisan oli yang tertinggal pada permukaan komponen tersebut. Jumlahnya tidak cukup dan hanya untuk putaran rendah. Nah, waktu antara menekan pedal gas dan kunci kontak diputar ke posisi “OFF”, waktunya bisa sekitar 15 detik. Kalau mesin bekerja pada 2.500 rpm saja, berarti selama 15 detik berputar 166 kali.

Pada tahap pertama atau awal, kebiasaan tersebut memang belum menimbulkan masalah. Namun karena keseringan, keausan mulai terjadi, muncul getaran atau suara mesin kasar. Tingkat keausan komponen bertambah.

Selanjutnya, menyebabkan kerja mesin tidak efisien. Malah mesin juga “menelan” oli. Konsumsi bahan bakar boros, tenaga payah, mesin cepat panas dan sebagainya. “Jiwa” mesin ambruk dan tidak bisa lagi hidup.

Mesin Turbo
Pada mesin yang dilengkapi dengan turbocharger, menekan gas lebih dulu sebelum mesin dimatikan sangat dilarang. Tabu! Untuk mencegah kebiasaan mesin langsung dimatikan, beberapa pabrik melengkapi mesin dengan “timer”.

Dengan alat ini, kendati kunci kontak sudah dicabut, mesin akan tetap hidup pada kondisi stasioner atau langsam beberapa saat. Setelah itu akan mati sendiri.

Cara ini, juga disarankan pada kendaraan yang habis digenjot secara menerus selama berapa jam pada kecepatan tinggi. Mesin tidak boleh dimatikan langsung