Minggu, 29 November 2009

Memanfaatkan Engine Break Pada A/T

Kini, mobil-mobil mewah umumnya sudah menggunakan transmisi yang beroperasi secara otomatis. Artinya, pengemudi tak perlu lagi capek menginjak kopling untuk ganti gigi. Pada mobil dengan transmisi manual, untuk pindah gigi, kopling harus ditekan.

Kenyataan lain, dari seluruh sistem kontrol mobil yang harus dioperasikan pengemudi, kopling adalah yang paling banyak menyita tenaga. Di samping itu, tingkat pengoperasiannya juga sangat tinggi, terutama bila jalan macet atau padat merayap!

Cepat habis
Kendati demikian, ternyata masih banyak di antara kita yang masih berasumsi negatif terhadap transmisi otomatik. Hal ini juga diakui oleh produsen mobil. Misalnya, bila mogok, mobil dengan transmisi otomatik tidak bisa didorong. Kalau sering digunakan di daerah pergunungan, rem cepat habis.

Semua itu asumsi masa lalu. Kini, semakin banyak transmisi otomatik, maka produsen menyediakan mekanik yang memiliki kemampuan lebih cepat untuk memperbaikinya bila ada masalah. Malah, kini juga ada bengkel-bengkel umum yang bisa menguras seluruh automatic transmission fluid (ATF) di dalam transmisi dan lantas diisi dengan pelumas yang benar-benar baru dan bersih.

Pada mobil sekarang, khususnya yang menggunakan sistem injeksi, bila baterai soak, maka mesin tidak akan bisa hidup. Pasalnya, komputer mesin mendapatkan energi dari baterai. Karena itu, posisi transmisi manual dan otomatik sama saja!

Lantas, mengenai anggapan bahwa rem boros saat mobil matik melaju di daerah yang banyak turunan, dipastikan, kondisi itu terjadi karena pengemudi terlalu santai, membiarkan transmisi pada posisi “D” saja. Padahal, D adalah gigi tertinggi.

Tetap bekerja
Untuk mengurangi beban kerja rem, pengemudi harus memanfaatkan efek engine brake dengan menggunakan gigi yang lebih rendah. Dalam hal ini, bisa saja “2” atau kalau lebih curam dan licin, harus “L”. Sama dengan gigi rendah, 3 atau 2 pada transmisi manual. Adapun untuk berakselerasi, pengemudi harus melakukan kick down atau menginjak pedal gas dengan cepat!

Jadi, mengemudi dengan transmisi otomatik bukan berarti tangan tidak bekerja sama sekali. Pada kondisi medan tertentu, 3, 2, dan L harus digunakan. Tangan masih harus aktif. Hanya kaki kiri yang benar-benar santai. Tak perlu injak kopling sama sekali. Misalnya saat di jalanan yang menurun atau berakselerasi saat di tanjakan!

Malah, pada kondisi macet, dengan melepaskan pedal rem dan transmisi pada posisi “D”, mobil bisa merangkak tanpa harus menginjak rem.

Kalau sudah merasakan enaknya transmisi otomatik, terutama bagi mereka yang menyetir sendiri, sering melewati jalanan macet, dan punya tingkat mobilitas yang tinggi, mereka dipastikan tak akan mau kembali ke manual kalau tidak terpaksa. Malah, mereka rela mengeluarkan biaya tambahan, baik untuk transmisinya yang lebih mahal plus konsumsi bahan bakar yang sedikit lebih banyak dibandingkan manual!

Test Drive Avanza 1.3 G A/T

Setelah diluncurkan 17 November lalu, pada 25-26 November 2009, PT Toyota Astra Motor (TAM), memberi kesempatan kepada 28 wartawan otomotif untuk menjajal 9 unit Avanza 1.3 G Matic. Satu mobil berisi 4 wartawan.

Pada hari pertama, rute tes, jalan tol Jakarta – Ciawi – Puncak – Padalarang. Total jarak tempuh pada hari pertama ini 150 km. Sekitar 100 km adalah daerah tanjakan, Puncak, Cianjur dan Padalarang.

Rute Puncak dipilih untuk menguji kemampuan transmisi otomatik. “Kita ingin membuktikan keraguan bahwa mesin 1,300 cc kurang kuat dengan transmisi otomatik,” jelas Rouli Sijabat, Public Relatian PT TAM.

Teknik Mengemudi
Kendati mengemudikan mobil dengan transmisi otomatik sangat menyenangkan, karena kaki kiri bisa istirahat total, ternyata masih banyak ada yang belum bisa memanfaatkannya secara maksimal. Bahkan ada yang tidak berani mencobanya.

Untuk itu, karena Avanza menggunakan mesin 1.300 cc dan umumnya digunakan oleh pemula, maka Toyota memberi bekal pengetahuan cara mengemudi transmisi otomatik kepada wartawan. Bekas diberikan oleh Bagian Pelatihan TAM dan Indonesia Defensive Driving Center (IDDC).

Bekal yang sangat bermanfaatkan adalah memilih transmisi saat menanjak dan menurun. Peserta diminta “D3” saat menanjak. Pada Avanza, pengopeasian D3 hanya dengan mengeser tongkat transmisi ke kanan.

Juga disarakan, di turunan, sebaiknya menggunakan gigi 2. “Ini untuk mencegah kampas rem cepat habis. Di samping itu juga lebih aman,” jelas Iwan Abdurachman, dari Bagian Training TAM. Juga dijelaskan, dengan pengoperasian transmisi otomatik pada Avanza ini tidak lagi menggunakan tombol “Overdrive”.

“Sebenarnya, saat menggunakan D sudah overdrive,” jelas Iwan. Ia pun menambahkan Kalau maupun yang lebih bertenaga, misalnya untuk mendahului dan berada di tanjakan, menyarankan menggunakan D3.

Tanjakan Pucak
Di jalan tol Jakarta – Ciawi, cukup mengandalkan “D”. MPV kecil yang dilengkapi dengan AC double blower ini, setiap unit berisi pengemudi plus 3 penumpang. Tenaga mesin cukup mumpuni untuk sekelasnya. Begitu, gas ditekan terus sampai 4.400 rpm, terasa perpindahan gigi yang halus (torsi maksimum diperoleh pada putaran 4.400 rpm).

Pada km 55, kemampuan menanjak MPV mulai diuji. Jalanan yang umumnya menanjak dan beberapa ruas macet, menyebabkan harus menghentikan Avanza otomatik ini di tanjakan. KOMPAS.com yang tergabung dengan rekan dari detik.com, okezone.com dan Bisnis Indonesia, mencoba menguji dan mengobservasi kemampuan Avanza pada D3.

Ketika dipindahkan ke D3, tarikan lebih bertenaga dan akselerasi lebih responsif. Di tanjakan Ciloto dan Cisarua, macet. Mobil pun harus berhenti di tanjakan. Kelompok KOMPAS.com berhenti pada D3 dan menginjak rem. Begitu jalan, langsung saja menekan pedal gas. Diiperoleh tenaga yang cukup kuat untuk jalan. Padahal, AC double blower tetap dihidupkan

Malah saat menurun, transmisi dipertahanakan pada D3. Efek engine brake diperoleh cukup besar pada kecepatan 60 km/jam.

Benar-benar menyenangkan. Pengemudi hanya memainkan pedal gas dan rem dan sekali-akli memindah transmisi dari D ke D3 atau sebaliknya bila berhenti terlalu lama, pindah ke “N” dan mengaktifkan rem tangan. Tujuannya untuk mengirit konsumsi bahan bakar.

Di Padalarang dan Bandung, kemampuan Avanza otomatik ini juga dites secara maksimal, baik di jalan tol maupuntanjakan dan turunan. Tak ada masalah dengan kemampuan mobil. Kendati demikian, beberapa rekan masih tetap menggunakan D saat menanjak sehingga komplain soal tenaga. Malah ada yang membandingkannya dengan Kijang Innova Otomatik bermesin 2.000 cc


Tes Konsumsi BBM

Setelah menguji kemampuan menanjak Avanza matik pada hari pertama di Puncak pada hari kedua, diuji konsumsi bahan bakarnya. Kelompok KOMPAS.com sempat melakukan beberapa tes untuk melihat kemampuan maksimal MPV matik ini.

Solusi Macet
Target Toyota memproduksi Avanza 1.3 G otomatik (nantinya juga menyusul 1.3 E) adalah untuk menambah varian produknya. Dengan ini, bagi mereka yang memerlukan kenyamanan pada lalu lintas kota-kota besar yang makin macet, bisa memilih Avanza otomatik hanya dengan menambahkan Rp 10 juta dibandingkan versi transmisi manual.

“Kita melihat jalanan Jakarta dan kota-koa besar lain makin macet. Kalau dengan matik, kaki kiri bisa istirahat. Namun bukan berarti tangani kiri yang memindahkan gigi istirahat total. Tetap harus bekerja untuk memindahkan transmisi sesuai dengan medan yang dilalui,” jelas Joko Trisanyoto, Direktur Pemasaran TAM saat berkumpul dengan wartawan di Bandung.

Hari Kedua
Bandung-Jakarta lewat jalan tol Padalarang–Cikampek–Jakarta. Pada rute ini, kelompok KOMPAS.com menguji beberapa karakteristik Avanza otomatik. Hasilnya, sampai kecepatan 120 km/jam cukup stabil. Perpindahan gigi terjadi pada putaran 4.400 rpm.

Kemampuan lain, saat diturunan, bisa dikebut 160 km/jam dengan putaran mesin 5.200 rpm. Sedangkan pada jalanan rata, 150 km/jam, 5.000 rpm.

Akselerasi pada 0- 100 km pada D, 17,4 detik. Sayang pada D3 tidak sempat karena jalanan padat dan permukaan jalan yang tidak rata. Malah perkirakan, kalau dites dengan alat ukur yang presisi, diperkirakan waktunya bisa lebih cepat, sekitar 16 detik.

Hanya saat start, baik D maupn D3, sampai putaran 3.000 rpm terasa agak berat. Namun setelah itu melewai putaran 3.000 rpm, mobil ini akan meluncur lebih cepat dan lebih bertenaga.

Konsumsi BBM
Untuk konsumsi bahan bakar, diukur jarak dari Padalarang (Mason Pine Hotel), muter-muter di Bandung (menuju jalan Setiabudi) dan kembali Jakarta, panitia dari Toyota mengukur konsumsi bahan bakar untuk jarak tempuh rata-rata 126 km. Ternyata, 9 unit otomatik yang digunakan, konsumsi pemakaian bahan bakarnya bervariasi. Paling irit menghabiskan 8,506 liter atau 14,87 km/liter dan paling boros 11,842 liter atau 10,75 km/liter.

“Sangat bergantung pada cara mengemudi. Juga ada faktor kebiasanya, yaitu mereka yang sudah biasa menggunakan mobil transmisi otomatik, hasilnya lebih irit,” simpul Rouli Sijabat setelah melihat hasil tes bahan bakar.

Beberapa data yang lain diperoleh KOMPAS.com, dengan mengoservasi kinerjanya MPV ini, pada “D3”, kecepatan 80 km/jam, putaran mesin 4.000 rpm. Bila meluncur mulus pada dengan kecepatan 80 km/jam, putaran mesin turun 2.800 rpm.

Tak kalah menarik, pada kecepatan 60 km, posisi transmisi “D”, Avanza matik ini meluncur dengan putaran 2.000 rpm. Pada Avanza 1.3 G transmisi manual, gigi 5, kecepatan 60 km/jam, putaran mesin 2.400 rpm. Berarti kalau menggemudikan mobil dengan sabar dan mengoperasikan pedal gas secara gradual, bisa lebih irit!

(sumber : www.kompas.com)